Translate into :

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Qumran, the Dead Sea Scrolls

Qumran

Qumran terletak di daerah pegunungan Yudea, di selatan kota Jericho, tepatnya di bagian barat Laut Mati. Di sana terdapat sebuah museum berisi manuskrip (gulungan-gulungan kitab tua) yang berumur ribuan tahun, ditulis oleh kaum Esenik (Yahudi non Kristen).
Kitab-kitab tersebut menulis tentang nubuatan kedatangan Yesus Kristus, jauh sebelum Dia dilahirkan.

Pada jaman Yesus, Alkitab sering menjelaskan mengenai 2 kaum orang Yahudi, yakni Kaum Saduki dan Kaum Farisi. Kaum Saduki, adalah orang-orang Yahudi yang berasal dari keluarga para Imam yang hidup di Yerusalem. Kehidupan mereka terkait dengan Bait Suci. Merekalah yang menentukan harga daging hewan-hewan kurban, oleh karena itu mereka adalah orang-orang yang kaya dan berpengaruh, punya kuasa untuk mengadili menurut adat Yahudi (Hukum Taurat). Salah seorang yang sangat terkenal adalah Kayafas.
Kaum Saduki tidak mempercayai hari kebangkitan. Kehidupan mereka cukup mewah. Mereka juga tidak percaya akan kedatangan Mesias. (Baca Mat 22:23-33)

Kis 23:8 ---> Sebab orang-orang Saduki mengatakan bahwa tidak ada kebangkitan dan tidak ada malaikat atau roh, tetepi orang-orang Farisi mengakui kedua-duanya.
Kaum Farisi, orang-orang Yahudi yang menafsirkan kitab-kitab Perjanjian Lama (Ahli Taurat). Penafsiran mereka selalu bertentangan dengan pengajaran Yesus yang menitik-beratkan pada Hukum Kasih. Namun mereka adalah kaum Mesianic, orang-orang yang percaya akan kedatangan Mesias (tapi tidak mempercayai Yesus sebagai Mesias yang mereka nanti-nantikan).

Nah, ada satu kaum orang-orang Yahudi yang tidak tertulis di dalam Alkitab. Mereka belakangan disebut Kaum Essene (Esenik) oleh ahli sejarah dan filsuf seperti Josephus Flavius (37 - 100 M) dan Pliny (23 - 79 M, era Yesus). Kaum Esenik adalah orang-orang yang kecewa dengan kaumnya lalu keluar dari Yerusalem dan membuat kelompok sendiri, hidup menyendiri di dalam gua-gua di daerah Padang Yudea. Mereka percaya akan hari kebangkitan (= kaum Farisi) dan mempunyai Imam sendiri (= kaum Saduki). Kegiatan mereka sehari-hari adalah mendalami dan melakukan apa yang tertulis di dalam kitab-kitab Perjanjian Lama (Taurat). Percaya akan Anak Terang yang dinubuatkan oleh kitab-kitab Perjanjian Lama. Oleh karena itu mereka sangat menantikan kedatangan Mesias. Mereka mempunyai buku pedoman hidup bernama The Manual of Discipline, berisi tentang hak dan kewajiban setiap anggota.

Manual of Discipline, courtesy facsimile-editions
Oleh Pliny atau Plinius(sahabat kaisar Titus), kelompok Esenik lebih tepat disebut sebagai sebuah sekte dengan sistem hirarki yang memiliki dasar hukum adat untuk menindak dan mengadili setiap pelanggaran yang dilakukan anggotanya. Tradisi Yahudi pada umumnya tetap mereka pegang teguh. Terbukti dari hasil penemuan Kolam Pentahiran (air wudhu bagi kaum Muslim).

Kolam Pentahiran
Tempayan Gulungan Kitab


Manuskrip tua
Manuskrip
(Pentahiran berbeda dengan Pembaptisan. Pentahiran bertujuan untuk menyucikan tubuh dari tercemar sesuatu yang najis ('kotor') dan dilakukan berkali-kali (terutama kaum wanita sedikitnya satu kali dalam sebulan).
Sedangkan Pembaptisan adalah pengampunan dosa dan dilakukan hanya satu kali untuk seumur hidup)

Hal-hal yang dianggap najis contohnya: memegang mayat, binatang haram, darah dan lainnya.
(Yesus membalikkan adat Yahudi ini dengan menyembuhkan orang kusta dengan cara memegang / menyentuhnya...Mat 8:1-4. Yesus mengatakan: "Akulah air hidup!"

Layaknya orang Yahudi pada saat itu, Kaum Esenik juga menggunakan tiga bahasa, yakni: Bahasa Ibrani, Bahasa Aramaic dan Bahasa Yunani. Bahasa Ibrani jarang sekali mereka pakai secara lisan karena merupakan bahasa suci. Mereka takut keceplosan mengucapkan kata-kata kotar yang akan mencemari bahasa Ibrani. Oleh karena itu bahasa sehari-hari mereka adalah Bahasa Aramaic.
(Contoh penggunaan tiga bahasa bisa dilihat dalam film Passion of Christ, di mana saat berada di Taman Getsemani bersama murid-murid-Nya, Yesus berbicara dalam bahasa Aramaic, ketika berhadapan dengan Kayafas, Dia memakai bahasa Ibrani dan saat ditanya Pontius Pilatus, Yesus menjawab dengan bahasa Yunani) 

Sekitar tahun 68 M, tentara Romawi masuk ke daerah Qumran dan Kaum Esenik-pun menyingkirkan diri tapi sebelumnya menyimpan gulungan-gulungan kitab tersebut di dalam tempayan dan disembunyikan di dalam gua-gua karena mereka berpikir akan kembali lagi setelah tentara Romawi pergi. Namun, ternyata tentara Romawi berkuasa di seluruh daerah Israel hingga ratusan tahun kemudian sampai akhirnya Kaum Esenik inipun lenyap.

Kando
courtesy faxcimile-editions
Pada January 1947, dua orang dari suku Beduin yaitu Mohammed ed-Dib bersama sepupunya menemukan gulungan-gulungan kitab tersebut di dalam gua-gua Qumran. Awalnya mereka kehilangan domba-dombanya dan mencari sampai ke dalam gua. Ketika melemparkan batu ke dalam gua untuk memancing suara domba-dombanya, mereka mendengar suara nyaring yang ditimbulkan oleh lemparan batu tersebut dan mengira mungkin batu yang mereka lempari mengenai sesuatu barang yang berharga (emas atau perak). Dan mereka sungguh kecewa karena ternyata yang mereka temukan hanyalah tempayan-tempayan rusak yang berisi gulungan yang terbuat dari bahan kulit dan kertas papyrus. Karena dianggap tidak berharga maka mereka membawa gulungan-gulungan tersebut ke Yerusalem untuk dijual kepada tukang sepatu. Dan inilah sungguh rencana Tuhan. Oleh tukang sepatu, orang-orang Beduin tersebut disuruh untuk menjualnya kepada seorang kolektor barang-barang antik bernama Khalil Eskander (nama panggilannya Kando). Ternyata Kando adalah seorang Kristen Orthodoks (Orthodoks Syria) yang mengerti akan tulisan-tulisan di dalam gulungan tersebut. Kando kaget luar biasa karena gulungan-gulungan tersebut adalah manuskrip dari beberapa kitab di Perjanjian Lama, di antaranya Kitab Yesaya dan Habakuk. 

Suku Beduin
courtesy facsimile-editions
Habakuk

Yesaya

Kemudian Kando menjualnya ke biara Santo Markus (Syrian Orthodox Monastery of St.Mark) seharga $97.20 (nilai uang pada tahun 1947). Cerita mengenai penemuan inipun terus berkembang sampai keasliannya dikonfirmasi oleh seorang Prof bidang arkeologi bernama Prof Eleazar Lipa Sukenik (kepala Hebrew University). Pengalian besar-besaranpun diadakan dan menemukan sejumlah 972 gulungan kitab kuno. Lelang kitab-kitab tersebut diadakan sampai mengiklankannya di harian Wall Street Journal, New York.
Akhirnya, pada 1 July 1954 gulungan-gulungan tersebut dibeli oleh Prof Mazar dan anak Prof Sukenik sendiri, Yigael Yadin seharga USD 250.000 (setara USD 2 juta nilai uang saat ini), dan disimpan di dalam Museum Rockefeller di Yerusalem. Saat ini gulungan-gulungan kitab tersebut sudah mempunyai 'rumah' sendiri, yakni Museum The Shrine of Book, Yerusalem.

Setiap tahun ribuan peziarah rohani dari berbagai penjuru dunia mengunjungi Qumran untuk melihat secara langsung lokasi penemuan kitab-kitab tersebut yang merupakan bagian dari kitab Perjanjian Lama. Umat Kristiani adalah penganut Alkitab Perjanjian Baru (Injil).
Pertanyaannya: Mengapa mereka tertarik pada penemuan kitab-kitab asli Perjanjian Lama?
Sebab...di dalam sejarah modern, sebagian ahli sejarah sering menyatakan bahwa Alkitab yang dipercayai oleh umat Kristiani selama ini telah diubah oleh pemimpin-pemimpin gereja di Vatikan (karena mereka menyimpan gulungan kitab-kitab aslinya di dalam gereja). Menurut para ahli sejarah tersebut, adalah sesuatu yang mustahil ratusan kitab yang ditulis pada ratusan bahkan ribuan tahun sebelum masehi semuanya selalu mengarah pada satu sosok, Yesus Kristus.

Dan...hari ini terbukti memang benar adanya. Apa yang tertulis di dalam gulungan-gulungan kuno tersebut SAMA dengan apa yang tertulis di Alkitab saat ini. Ini membuktikan bahwa apa yang dikatakan Tuhan sejak jaman Abraham sampai pada era Yesus Kristus, semua tetap sama dan terkait. Firman Tuhan adalah sama...dahulu, sekarang bahkan sampai selama-lamanya (Ibr 13:8).


Dead Sea



Keliling Dunia Gratis © 2008 Template by:
SkinCorner
>