Tembok Ratapan (Wailing Wall) terletak di atas bukit Moria (Moriah = Gunung yang ditunjukkan Tuhan). Merupakan tempat suci bagi tiga agama besar di dunia, agama Abrahamic, yakni Yudaisme, Kristen dan Islam. Bagi umat Yahudi dan Kristiani, Tembok Ratapan merupakan bagian dari Bait Suci (Bait Allah) yang dibangun oleh Raja Salomo (Sulaiman). Bagi umat Muslim, daerah sekitar Tembok Ratapan merupakan bagian dasar dari bangunan Mesjid Al Aqsa dan Al Omar (Dome of the Rock atau Kubah Batu / Kubah Mas).
Sejarah bukit Moria dimulai sejak 4.000 tahun yang lalu pada saat Abraham diuji kesetiaannya oleh Tuhan untuk mengorbankan anak satu-satunya, Ishak. Inilah awal api iman antara Yerusalem dengan Tuhan. Kemudian, pada tahun 1000 SM Raja Salomo mendirikan Bait Allah (Temple Mount) di mana saat ini di atasnya berdiri Mesjid Al Omar (Kubah Mas, Doom of the Rock).
Bait Suci tersebut bertahan hingga tahun 578 SM saat dihancurkan oleh Raja Babilonia, Nebukadnezar II, yang kemudian mengasingkan bangsa Yahudi. 50 tahun sesudahnya, bangsa Persia (zaman Raja Koresh) mengalahkan Babilonia dan mengijinkan orang-orang Yahudi untuk kembali dan membangun Bait Allah tersebut, dipimpin oleh Nabi Ezra (sekitar tahun 459 SM, Ezr 1:1-3) dan dilanjutkan oleh Nabi Nehemia (tahun 445 SM, Neh 2:17) yang kemudian disebut sebagai Bait Allah kedua (516 SM).
Kemudian, Bait Allah dihancurkan lagi oleh bangsa Romawi pada tahun 70 SM.
Hingga saat ini, pembangunan kembali Bait Allah masih menjadi persoalan dan mendapat tentangan dari beberapa pihak. Sebagian tokoh agama dari kalangan Yahudi sendiri percaya bahwa Bait Allah hanya boleh dibangun kembali jika Mesias yang dijanjikan Allah dan telah mereka tunggu-tunggu sudah datang. Oleh karena itu, sampai hari ini mereka terus berdoa di Tembok Ratapan (dan meratapi kehancuran Bait Allah) supaya Tuhan segera mengutus Mesias untuk menyelamatkan mereka.
Saat berdoa dan ketika menyebut nama Tuhan mereka selalu menganggukkan kepala sebagai tanda hormat kepada Sang Pencipta yang Maha Kuasa. Bagi mereka, nama Tuhan adalah suci, kudus, tidak boleh menyebutkanNya sembarangan. Bahkan dalam penulisan sekalipun, mereka lebih memilih menuliskan nama Tuhan (GOD) dengan "G-D" (tanpa huruf "O"). Itulah sebabnya dalam setiap berdoa mereka takut lupa menundukkan kepala pada saat menyebut nama Tuhan sehingga mereka memilih lebih baik menganggukkan kepala secara terus menerus dan cepat.
Dikarenakan konotasi dari kata 'ratapan' yang negatif, maka saat ini Tembok Ratapan telah diganti namanya menjadi Tembok Barat.
Dan setiap akan memasuki tempat-tempat suci, setiap orang (siapa saja) diharuskan memakai topi khas bernama Kippah atau Kipa, sebagai simbol bahwa manusia ada batasnya tapi Tuhan adalah tanpa batas, Dia Allah Maha Tinggi (El Elyon).