Dinamakan Perfume River karena pada jaman dulu setiap musim kemarau bunga-bunga yang terdapat pada pohon buah di sepanjang bantaran sungai merontok dan menyebarkan aroma wangi seperti parfum.
Sungai Parfum sepanjang 30 km ini membelah kota Hue menjadi dua bagian dan menjadi sumber kehidupan bagi sebagian manusia perahu. Kelompok manusia perahu telah hidup di daerah sepanjang aliran sungai selama beberapa generasi. Segala aktifitas sehari-sehari dilakukan di atas perahu dari masak, mandi, cuci dan tidur. Namun demikian kondisi di sepanjang sungai masih terjaga baik. Kami tidak melihat limbah plastik bekas pembungkus makanan, botol-botol bekas, dan sampah-sampah lainnya.
Kehidupan manusia perahu tersebut konon sangat memprihatinkan. Sumber penghidupan mereka hanyalah menambangi pasir sungai dengan perahu kecil/sampan dan menjualnya ke pabrik-pabrik yang berada di kota Hue dengan harga yang sangat murah.
Tepat di samping dermaga terdapat satu objek wisata yakni Thien Mu Pagoda yang saat ini menjadi biara khusus anak dan remaja. Mereka dikirim oleh orang tua untuk mempelajari ajaran Buddha dan tinggal di dalam biara. Sepintas mereka kelihatan seperti bikhsu muda karena rambutnya dicukur habis dan hanya menyisakan sedikit poni.
Demikianlah kejadian itu tersebar luas ke seluruh daerah aliran sungai yang kemudian terdengar oleh sang raja penguasa pada saat itu.
Sang raja merasa dialah orang utusan dewa tersebut maka diperintahkanlah supaya segera dibangun satu pagoda di dekat tempat kejadian sebagai tempat persembahyangan.