Terletak di kota Hoi An sekitar 1 jam perjalanan dari kota Danang. Hoi An merupakan kota pelabuhan sungai yang terkenal pada masa kejayaan kerajaan Champa di abad ke 2 SM dan menjadi pusat perdagangan rempah-rempah pada saat itu. Hingga kini pelabuhan sungai tersebut masih eksis namun sering dilanda bencana banjir besar (konon September lalu banjir mencapai setinggi pinggang orang dewasa).
Japanese Bridge dibangun oleh sekelompok orang jepang yang tinggal di Hoi An pada awal abad ke 17. Alasan dibangunnya jembatan tersebut berkaitan dengan kepercayaan orang Jepang tentang adanya seekor monster raksasa, Mamuzu. Dipercaya bahwa Mamuzu berbentuk seperti seekor naga dan hidup di dalam perut bumi. Ukuran Mamuzu luar biasa besar di mana kepalanya berada di Jepang, badannya tepat berada di daerah Hoi An, Vietnam dan ekornya berada di India. Karena demikian besarnya dan sering menyebabkan gempa bumi di daerah-daerah tersebut ketika Mamuzu menggeliat maka untuk menghindari bencana gempa satu-satunya cara adalah dengan membangun sebuah jembatan (untuk menindihnya) tepat berada di atas punggung si monster. Bentuk jembatanpun harus melengkung (sesuai bentuk punggung si monster) dan di kedua ujung jembatan harus 'dipaku' sekuat mungkin supaya si monster tidak dapat bergerak lagi.
Jembatan tersebut dibuat beratap, di dalamnya terdapat dewa anjing dan dewa monyet yang ditempatkan di masing-masing ujung jembatan dimaksudkan sebagai dewa penjaga pintu.
Japanese Bridge terletak di dalam area Hoi An Ancient Town sehingga turis-turis dapat sekaligus merasakan suasana kota yang dipenuhi bangunan-bangunan kuno. Seiring perkembangan pariwisata bangunan-bangunan tua tersebut sudah banyak yang berubah menjadi restoran, cafe dan toko-toko souvenir. Semakin malam terlihat semakin banyak turis (terutama bule) memenuhi cafe-cafe sambil minum-minum diiringi musik, mirip dengan suasana di sepanjang jl. Monkey Forest Ubud-Bali.
Perfume River, Hue
